SUMBAR.RS.- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Padang Panjang merilis, aktivitas kegempaan di wilayah laut Pesisir Sumatera Barat meningkat. Selama April 2017 telah terjadi sebanyak 42 kali gempa bumi dan tiga di antaranya berdampak dirasakan oleh warga.
Berdasarkan hasil analisa, gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat tersebut disebabkan oleh aktivitas subduksi, aktivitas sesar Mentawai dan akitivitas sesar Sumatera.
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 21 April 2017 yang terjadi di sekitar Pulau Sipora dengan kekuatan 5,3 Skala Richter (SR) dan pada kedalaman 14 kilometer dan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Sipora dan sekitarnya ini disebabkan oleh adanya aktivitas subduksi tumbukan lempeng tektonik pada kedalaman 14 kilometer.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono, mengatakan yang perlu mendapatkan perhatian dari kejadian gempa bumi pada periode April 2017 ini adalah meningkatnya aktivitas kegempaan di laut bagian barat Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.
Menurut dia, pada periode April 2017 di zona ini telah terjadi 15 kali gempa bumi walaupun gempa-gempa tersebut tidak berdampak dirasakan oleh masyarakat di sekitar pesisir selatan karena kekuatannya relatif kecil, kurang dari 5 SR.
Dari catatan BMKG Padang Panjang pada zona itu tanggal 05 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 09 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 10 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 15 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 16 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 22 April 2017 meningkat menjadi 4 kali gempa, 23 terjadi 1 kali gempa, 24 terjadi 2 kali gempa dan 26 April 2017 terjadi 2 kali, serta 27 April 1 kali.
"Sebelumnya pada tanggal 2 Juni 2016 di wilayah pesisir selatan juga terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,5 SR yang menyebabkan kerusakan bangunan mencapai ratusan rumah, akibat gempa bumi tersebut terjadi sebanyak lima kali gempa susulan selama satu minggu," kata Rahmat, Minggu 30 April 2017.
Ia menambahkan, di setiap kali kejadian gempa bumi significant/besar atau yang disebut gempa bumi utama atau mainshock, selalu diikuti oleh gempa susulan atau aftershock yang frekuensi dan kekuatannya semakin menurun atau mengecil.
"Ada juga istilah gempa bumi pendahuluan atau sering disebut foreshock yaitu gempa bumi yang terjadi sebelum terjadinya gempa bumi yang besar (mainshock) gempa bumi utama," jelasnya.
Dari hasil monitoring gempa bumi periode April 2017 oleh BMKG Padang Panjang, jelas Rahmat, dapat disimpulkan bahwa wilayah Sumatera Barat merupakan wilayah yang tingkat aktivitas kegempaannya tinggi, pada bulan-bulan sebelumnya periode Januari-Maret 2017 total kejadian gempa bumi di wilayah Sumatera Barat sebanyak 120 kali kejadian gempa bumi, sehingga sampai akhir April 2017 telah terjadi sebanyak 164 kali gempa bumi di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.
BMKG mengimbau terkait adanya peningkatan aktivitas kegempaan di zona laut di sekitar Kabupaten Pesisir Selatan, tentunya perlu menjadi perhatian semua pihak agar dapat selalu meningkatkan kewaspadaan.
Kewaspadaan ini tidak hanya pada daerah yang terjadi peningkatan aktivitas kegempaan tapi juga wilayah-wilayah lain di Sumatera Barat agar tetap selalu mewaspadai bahwa gempa bumi belum bisa diprediksi dan sewaktu-waktu dapat terjadi, mengingat di Sumatera Barat terdapat tiga sumber ancaman gempa bumi yaitu, sesar Sumatera, Sesar Mentawai dan subduksi lempeng di Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera.
#Viva co id/Antara
Berdasarkan hasil analisa, gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat tersebut disebabkan oleh aktivitas subduksi, aktivitas sesar Mentawai dan akitivitas sesar Sumatera.
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 21 April 2017 yang terjadi di sekitar Pulau Sipora dengan kekuatan 5,3 Skala Richter (SR) dan pada kedalaman 14 kilometer dan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Sipora dan sekitarnya ini disebabkan oleh adanya aktivitas subduksi tumbukan lempeng tektonik pada kedalaman 14 kilometer.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono, mengatakan yang perlu mendapatkan perhatian dari kejadian gempa bumi pada periode April 2017 ini adalah meningkatnya aktivitas kegempaan di laut bagian barat Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.
Menurut dia, pada periode April 2017 di zona ini telah terjadi 15 kali gempa bumi walaupun gempa-gempa tersebut tidak berdampak dirasakan oleh masyarakat di sekitar pesisir selatan karena kekuatannya relatif kecil, kurang dari 5 SR.
Dari catatan BMKG Padang Panjang pada zona itu tanggal 05 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 09 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 10 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 15 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 16 April 2017 terjadi 1 kali gempa, 22 April 2017 meningkat menjadi 4 kali gempa, 23 terjadi 1 kali gempa, 24 terjadi 2 kali gempa dan 26 April 2017 terjadi 2 kali, serta 27 April 1 kali.
"Sebelumnya pada tanggal 2 Juni 2016 di wilayah pesisir selatan juga terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,5 SR yang menyebabkan kerusakan bangunan mencapai ratusan rumah, akibat gempa bumi tersebut terjadi sebanyak lima kali gempa susulan selama satu minggu," kata Rahmat, Minggu 30 April 2017.
Ia menambahkan, di setiap kali kejadian gempa bumi significant/besar atau yang disebut gempa bumi utama atau mainshock, selalu diikuti oleh gempa susulan atau aftershock yang frekuensi dan kekuatannya semakin menurun atau mengecil.
"Ada juga istilah gempa bumi pendahuluan atau sering disebut foreshock yaitu gempa bumi yang terjadi sebelum terjadinya gempa bumi yang besar (mainshock) gempa bumi utama," jelasnya.
Dari hasil monitoring gempa bumi periode April 2017 oleh BMKG Padang Panjang, jelas Rahmat, dapat disimpulkan bahwa wilayah Sumatera Barat merupakan wilayah yang tingkat aktivitas kegempaannya tinggi, pada bulan-bulan sebelumnya periode Januari-Maret 2017 total kejadian gempa bumi di wilayah Sumatera Barat sebanyak 120 kali kejadian gempa bumi, sehingga sampai akhir April 2017 telah terjadi sebanyak 164 kali gempa bumi di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.
BMKG mengimbau terkait adanya peningkatan aktivitas kegempaan di zona laut di sekitar Kabupaten Pesisir Selatan, tentunya perlu menjadi perhatian semua pihak agar dapat selalu meningkatkan kewaspadaan.
Kewaspadaan ini tidak hanya pada daerah yang terjadi peningkatan aktivitas kegempaan tapi juga wilayah-wilayah lain di Sumatera Barat agar tetap selalu mewaspadai bahwa gempa bumi belum bisa diprediksi dan sewaktu-waktu dapat terjadi, mengingat di Sumatera Barat terdapat tiga sumber ancaman gempa bumi yaitu, sesar Sumatera, Sesar Mentawai dan subduksi lempeng di Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatera.
#Viva co id/Antara