PAYAKUMBUH (RangkiangNagari) - Asisten III Setdako Payakumbuh, Amriul Datuak Karayiang mengatakan, diperlukan kerja keras dari seluruh kalangan untuk terus membuat silek tradisi Minangkabau eksis di kalangan generasi muda.
Masuknya berbagai aliran seni beladiri membuat keberadaan silek tradisi seakan terpinggirkan. Banyak diantara generasi muda yang tak lagi tertarik mempelajari ilmu beladiri asli Minangkabau ini.
"Kalau kita lihat, kurang berkembangnya silek tradisional adalah kesalahan bersama, dahulu ada tutua nan bajawek dan kato nan badanga. Hal itu disampaikan ketika menginap di Surau dan sekarang memang cukup sulit dilakukan," kata Dt Karayiang pada saat menghadiri penutupan Festival Payakumbuh Alek Silek 2019 di Medan Nan Bapaneh, Ngalau Indah, Rabu (28/8/2019).
Karena itu, ia meminta terhadap para pemerhati budaya asli Minangkabau untuk lebih aktif dalam menelurkan tulisan-tulisan yang mampu memancing minat generasi muda dalam belajar silek tradisional.
"Belum banyak buku-buku tentang budaya tradisonal, termasuk silek. Dengan banyaknya buku yang tersedia, tentu akan membantu generasi muda memahami budaya asli Minangkabau. Dan nantinya tertarik belajar silek," kata mantan Plt Sekda Kota Payakumbuh.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Elfriza Zaharman mengatakan, untuk Kota Payakumbuh, pemerintah kota (pemko) sudah memiliki berbagai program terukur setiap tahun untuk melestarikan budaya asli daerah tersebut.
"Kami menyelenginya dengan festival, seperti saat ini. Desember nanti akan kita laksanakan kegiatan Bagodang yang akan menampilkan randai, saluang, tari tradisional, dan baalua atau pasambahan yang melibatkan sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA," kata Cece sapaan akrap Kadis Parpora saat dihubungi tim Humas, Kamis (29/08).
Meski silek tradisi belum menjadi primadona di kalangan generasi muda Payakumbuh, Cece menyebut, pelaksanaan Festival Payakumbuh Alek Silek yang sudah memasuki tahun ketiga mampu menghidupkan kembali beberapa sasaran atau perguruan silat di Kota Randang itu.
"Kalau sekarang jumlah sasaran silat kita yang aktif berjumlah sekitar 23 sasaran," pungkasnya.
Masuknya berbagai aliran seni beladiri membuat keberadaan silek tradisi seakan terpinggirkan. Banyak diantara generasi muda yang tak lagi tertarik mempelajari ilmu beladiri asli Minangkabau ini.
"Kalau kita lihat, kurang berkembangnya silek tradisional adalah kesalahan bersama, dahulu ada tutua nan bajawek dan kato nan badanga. Hal itu disampaikan ketika menginap di Surau dan sekarang memang cukup sulit dilakukan," kata Dt Karayiang pada saat menghadiri penutupan Festival Payakumbuh Alek Silek 2019 di Medan Nan Bapaneh, Ngalau Indah, Rabu (28/8/2019).
Karena itu, ia meminta terhadap para pemerhati budaya asli Minangkabau untuk lebih aktif dalam menelurkan tulisan-tulisan yang mampu memancing minat generasi muda dalam belajar silek tradisional.
"Belum banyak buku-buku tentang budaya tradisonal, termasuk silek. Dengan banyaknya buku yang tersedia, tentu akan membantu generasi muda memahami budaya asli Minangkabau. Dan nantinya tertarik belajar silek," kata mantan Plt Sekda Kota Payakumbuh.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Elfriza Zaharman mengatakan, untuk Kota Payakumbuh, pemerintah kota (pemko) sudah memiliki berbagai program terukur setiap tahun untuk melestarikan budaya asli daerah tersebut.
"Kami menyelenginya dengan festival, seperti saat ini. Desember nanti akan kita laksanakan kegiatan Bagodang yang akan menampilkan randai, saluang, tari tradisional, dan baalua atau pasambahan yang melibatkan sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA," kata Cece sapaan akrap Kadis Parpora saat dihubungi tim Humas, Kamis (29/08).
Meski silek tradisi belum menjadi primadona di kalangan generasi muda Payakumbuh, Cece menyebut, pelaksanaan Festival Payakumbuh Alek Silek yang sudah memasuki tahun ketiga mampu menghidupkan kembali beberapa sasaran atau perguruan silat di Kota Randang itu.
"Kalau sekarang jumlah sasaran silat kita yang aktif berjumlah sekitar 23 sasaran," pungkasnya.
#Ryan #E2