Padang, Rangkiang Nagari - Selama ini limbah peternakan selalu memberikan dampak negatif bagi masyarakat lingkungan.
Kotoran ternak yang sangat menyengat baunya, ditambah lagi urin dan sisa makanan membuat masyarakat lingkungan menjadi gerah.
Sering juga diiringi dengan protes dan demo. Bahkan bisa menimbulkan konflik dan perkelahian.
Mengatasi masalah itu ternyata akdemisi fakultas peternakan mempunyai solusi. Ada semacam cairan yang bisa mengatasi limbah ini. Biourin namanya seperti isi pidato ilmiah yang disampaikan Dr Ely Vebrianti dosen fakultas peternakan pada acara Dies Natalis Fakultas Peternakan ke-61 di Convention Hall Unand, Rabu.
Dihadiri Rektor Unand Dr Efa Yonnedi, Ely mengatakan bahwa Biourin adalah semacam cairan yang diolah dari kotoran ternak sendiri.
Salah satu olahan ternak adalah Biourin, katanya. Komponen bermanfaat lain yang bisa diolah dari kotoran ternak adalah kompos, pupuk bokhasi dan Biourin sendiri.
Biourin dihasilkan dari urin dengan menambahkan bahan-bahan organik seperti bongkol pisang, rebung, jerami padi dan bahan organik berasal dari buah-buahan dan sayuran.
Pupuk organik ini mampu menggantikan pupuk kimia yang sudah beredar di pemasaran dengan harga mahal. Biourin adalah salah satu bahan organik yang dapat diolah jadi biourin. Sangat bermanfaat karena mengandung unsur hara makro yang tinggi, seperti nitrogen, Kalium, Phosfor. Zat ini sangat diperlukan untuk tanaman mengandung unsur mikro.
Biourin dapat dibuat dari urin pagi dan sore. Bisa juga dari keduanya. Biourin merupakan salah satu mencegah pencemaran lingkungan dan dapat memberikan keuntungan secara ekonomi.
Biourin dapat dijual dengan harga yang tinggi dari pupuk organik padat seperti kompos. Jika pupuk kompos dapat dijual dengan harga Rp.20.000 karung ukuran 10 kg. Sedangkan Biourin dapat dijual dengan harga Rp 50.000 per liter.
Dengan uraian itu Ely menyimpulkan bahwa Biourin merupakan solusi yang menguntungkan dalam menjalankan usaha peternakan. Buruntung dan menjaga lingkungan, tutupnya.(**01).