Bukittinggi (Rangkiangnagari) - Didukung oleh koalisi partai yang cukup kuat, Erman Safar, kembali maju sebagai Calon Wali Kota (Cawako) berpasangan dengan Heldo Aura.
Sebagaimana diungkapkannya saat mengetahui berhasil memenangkan Pilkada empat silam di hadapan Wartawan, menyebutkan, sebagai pendatang baru pendekatan kepada masyarakat merupakan cara yang dipandang cukup ampuh.
Sejak memulai proses Pilkada di Kota Bukittinggi kala itu, Erman Safar, tanpa pandang waktu dan lelah, sedikitnya telah mendatangi 17 ribu rumah warga. Datang memperkenalkan diri, menanyakan bagaimana keadaan rumah tangga mereka.
Bahkan, dari rangkaian kunjungan tersebut, Erman Safar, ikut menempelkan sendiri stiker dan nomor urut Paslon.
Tidak jarang pula membantu masyarakat memperbaiki rumah atau kebutuhan hidup.
Pola dan kepeduliannnya tersebut secara perlahan, tapi pasti. Memunculkan simpati di tengah warga Bukittinggi. Beberapa kegiatannya pun sempat viral di media sosial.
Setelah menjalankan amanah, seperti diakuinya, kondisi ekonomi masyarakat Bukittinggi khususnya, tengah terpuruk setelah diterpa pandemi Covid-19. Dengan kondisi itulah, Erman Safar, mengaku perlu merecovery ekonomi masyarakat Bukittinggi.
Hampir semua program yang dilakukan bersifat pro-rakyat, mulai dari berbentuk bantuan sosial, bantuan pendidikan, kesehatan sampai permodalan melalui tabungan Utsman.
Konsentrasi memikirkan rakyatnya diakui Erman memang menyita energi dan waktu, sehingga tidak jarang lupa tentang dirinya sendiri. "Sampai lupa, ternyata saya seorang walikota ketika melihat spanduk atau baliho yang terpampang bergambar atau foto saya, "aku Erman saat sosialisasi rencana program kerjanya untuk lima tahun ke depan.
Ini juga relevan dengan tagline kampanyenya "berbenteng di hati rakyat". Sebuah representasi kedekakatannya dengan rakyat, sehingga familiar disapa bang Wako.
Sapaan keakraban dan kedekatangan yang juga terlontar dari mulut Erman Safar, ketika memberikan arahan sebelum blusukan di Simpang Panganak, beberapa waktu, kalau perlu dirinya dipanggil saja "dedek", karena berhadapan dengan relawan ibuk-ibuk dengan kebanyakan lebih tua dari dirinya. (rul)