Padang (Rangkiangnagari) - Pergantian jabatan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V (BWSS V) dari Muhammad Dian kepada Naryo Widodo, seakan memberi harapan terhadap penanganan Gunung Marapi.
Naryo sengaja didatangkan dari Jokyakarta. Sebelumnya Naryo Wifodo ST MT menjabat sebagai Kabid PJSA Bengawan Solo.
Sebelum bertugas di wilayah Sumatera Barat nampaknya Kepala Balai Wilayah Sungai yang baru ini sudah memahami kondisi Sumatera Barat dengan segala dinamikanya.
Persoalan yang terjadi terhadap resiko meletus dan menyembur abu vulkanik Gunung Marapi sudah ia pahami. Nampaknya Naryo Widofo akan memfokuskan pekerjaan pada Sabo Dam. Karena infrastruktur itu yang bisa mengantisipasi masalah, demikian hasil wawancara Pengurus KJI dengan Kepala Balai Sungai Sumatera V Naryo Widodo di kantornya Jumat (23/11).
Gunung Marapi di Sumatera Barat memang mempunyai sejarah yang panjang. Bahkan, letusannya sudah sering terjadi sejak abad ke 19 dengan skala yang bervariasi.
Tahun 1822 ditandai dengan kepulan asap hitam kelabu dan leleran lava dari kawah gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Karena keaktifan itu pula, gunung ini sering ber"ulah" ( menimbulkan masalah).
Kadang-kadang dalam suasana tenang, wisatawan sedang asyik di Sumbar, gunung ini mengeluarkan erupsi. Bukan saja pendaki gunung yang terkejut dan repot, tetapi juga masyarakat dan pedagang.
Masyarakat yang bertani dan beternak serta usaha ( UMKM) di sekitar gunung itu juga terdampak. Apalagi yang baru terjadi beberapa waktu yang silam. Dalam setahun terakhir, aktivitas Gunung Marapi telah menimbulkan sejumlah bencana alam.
Tidak hanya menimbulkan kerugian material tapi juga korban jiwa. Terakhir banjir lahar dingin yang menerjang sejumlah daerah di beberapa kabupaten dan kota di Sumbar terjadi Sabtu (11/5) yang lalu.
Hantaman lahar dingin telah memporakporandakan daerah sekitar Gunung Marapi. Tak terhitung korban nyawa, harta benda, sawah ladang dan permukiman. Duka itu, masih terasa sampai sekarang.
Letusan Gunung Marapi, berdampak besar, seperti hujan abu vulkanik dapat merusak tanaman, menganggu pernapasan dan menganggu aktifitas sehari hari. Begitu juga lahar dingin dapat merusak infrastruktur dan mengancam permukiman penduduk
Termasuk juga gas beracun yang dikeluarkan oleh gunuang berapi berakibat membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Gunung Marapi, sering mengalami erupsi yang dapat menyebab hujan abu vulkanik, aliran lahar dingin, bahkan letusan lebih besar. Ini dapat mengancam keselamatan penduduk disekitar gunung dan merusak infrastruktur
Begitu juga bahaya lahar dingin setelah erupsi, materi vulkanik yang menumpuk di puncak gunung dapat memicu terjadinya lahar dingin saat hujan deras. Lahar dingin ini, sangat berbahaya, dapat merusak lahan pertanian, infrastruktur dan mengancam nyawa manusia
Gunung Marapi Butuh Sabo Dam
Melihat kondisi Gunung Marapi yang sering mengeluarkan letusan kecil, perlu kewaspadaan berbagai pihak. Penanganan cepat dan solusi, perlu dipikirkan sebelum bencana datang. Biar tak berdampak besar terhadap warga di sekitar Gunung Marapi. Termasuk pemukiman yang dilalui letusan Gunung Marapi itu
Kawasan sekeliling gunung Marapi diperlukan Sabo Dam. Sabo Dam adalah bangunan yang berfungsi untuk mengendalikan aliran sedimen atau material vulkanik, seperti pasir, batu dan lumpur yang terbawa air, terutama saat terjadi erupsi gunung berapi atau hujan deras dengan intensitas tinggi.
Bangunan ini, biasanya melintang di sepanjang aliran sungai atau lembah. Sementara, fungsi Sabo Dam mencegah banjir lahar dengan menahan dan menampung materiak vulkanik. Sabo Dam dapat mengurangi resiko terjadinya banjir lahar yang dapat merusak permukiman dan infrastruktur daerah hilir.
Punya pengalaman yang mumpuni di gunung Merapi Jokyakarta, Naryo Widodo seakan punya misi khusus ke Sumatera Barat. Sukses di Jokya semoga ditularkan ke Sumbar. Dalam dialog dengan rekan media yang tergabung di organisasi KJI, Naryo berharap dukungan dan kerjasama dengan stake holders.
Silahkan infokan kepada kami, kalau ada hal-hal yang kurang beres termasuk juga dengan mitra kontraktor. Dari 56 sabo dam yang dibutuhkan daerah-daerah di sekitar Marapi, baru enam sabo dam dinilai sebagai prioritas.
Tapi hingga kini baru ada dua. Hal tersebut terungkap dalam kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke sejumlah lokasi bencana dan pengungsian korban bencana di Kabupaten Agam, beberapa waktu yang silam. Sabo Dam ini tersebar di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi.(*01).