Rupiah Sudah Terdepresiasi 10 Persen, Ini Reaksi BI

JAKARTA(RS) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun 2018 terus mengalami tekanan, hingga kini berada di level Rp15.000 per USD. Melansir Bloomberg Dollar Index, Kamis (1/11 pada perdagangan spot exchange Rupiah siang ini berada di level Rp15.125 per USD.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, hingga kuartal III 2018 nilai tukar Rupiah melemah 10%. Pihaknya pun akan terus melakukan langkah kebijakan untuk stabilisasi kurs Rupiah.

“Namun depresiasi Rupiah lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang India, Brasil, Turki, Rusia,” katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (1/11).

Perry menyatakan, BI lebih fokus untuk melakukan langkah-langkah menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, namun dengan juga memastikan likuiditas di pasar keuangan dan sektor keuangan cukup. Salah satunya, dengan kebijakan menaikkan suku bunga acuan yang sejak Mei 2018 sudah mencapai 150 bps ke level 5,75%.

“Kenaikan suku bunga itu bukan karena inflasi, tapi untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan Indonesia, sekaligus untuk turunkan defisit transaksi berjalan,” jelasnya dikutip dari okezone.

Selain itu, Bank Sentral juga dikatakan akan selalu berada di pasar valas maupun Surat Berharga Negara (SBN). Serta memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai hari ini, dalam rangka mempercepat pendalaman pasar valas serta memberikan alternatif instrumen lindung nilai bagi bank dan korporasi. “Ini kami lakukan agar likuiditas bagi bank dan korporasi terjaga,” imbuh dia.

#Ryan
Labels: ,
[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.