BUKITTINGGI (RangkiangNagari) – Dua narapidana (napi) yang kabur dari Lapas Klas II A Bukittinggi, Minggu (6/1) diperkirakan sempat bersembunyi di dalam got selama 10 jam.
Hal itu dikemukakan Kepala Lapas Kelas II A Bukittinggi Marten saat ditemui wartawan di Lapas yang terletak di Biaro itu, Selasa (9/1).
Dijelaskannya, pelarian kedua napi itu berawal dari pergantian shift petugas pada Sabtu (5/1) pukul 18.00 WIB. Waktu pergantian shift petugas tersebut dimanfaatkan mereka untuk menyelinap sehingga luput dari pantauan petugas. “Kedua napi itu ditempatkan di blok C yang berisi sebanyak 126 napi,” ujarnya.
Menurutnya, setelah lolos dari blok C sekitar pukul 18,00 WIB mereka bersembunyi di dalam got yang tergolong kecil antara bangunan mushalla dan dapur hingga pukul 04.00 WIB.
Kemudian mereka merayap dan menyelinap di dalam got yang tidak dipagar. “Kita tidak menduga got yang sekecil itu bisa dilewati mereka. Tapi sekarang got tersebut sudah kita cor dan kita tanam besi sehingga tidak bisa dilewati lagi,” tambah Marten.
Setelah merayap di dalam got mereka diduga berlarian menuju tembok dekat lapangan basket. Untuk memanjat tembok setinggi 4 meter mereka membuka celana panjang dan menyangkutkannya di atas tembok berkawat untuk memudahkan mereka memanjat.
“Pelarian mereka diketahui ketika pergantian shift petugas pada Minggu pagi. Setelah dihitung jumlah mereka berkurang 2 orang. “Mengetahui hal itu, kita langsung melihat rekaman CCTV dan dari rekaman CCTV itu kita melihat bagaimana caranya mereka kabur,” ulasnya.
Ia menambahkan, dua napi yang kabur itu bernama Arif Junaidi (22) dengan masa hukuman 7 tahun dan Roy Anggara (34) dengan masa penahanan 5 tahun. Keduanya terjerat kasus narkoba.
Menurut Marten, Roy Anggara merupakan residivis yang telah mengetahui kondisi Lapas. “Roy Anggara sudah pernah masuk Lapas ini, sehingga dia mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melarikan diri,” terang Marten.
Hal itu dikemukakan Kepala Lapas Kelas II A Bukittinggi Marten saat ditemui wartawan di Lapas yang terletak di Biaro itu, Selasa (9/1).
Dijelaskannya, pelarian kedua napi itu berawal dari pergantian shift petugas pada Sabtu (5/1) pukul 18.00 WIB. Waktu pergantian shift petugas tersebut dimanfaatkan mereka untuk menyelinap sehingga luput dari pantauan petugas. “Kedua napi itu ditempatkan di blok C yang berisi sebanyak 126 napi,” ujarnya.
Menurutnya, setelah lolos dari blok C sekitar pukul 18,00 WIB mereka bersembunyi di dalam got yang tergolong kecil antara bangunan mushalla dan dapur hingga pukul 04.00 WIB.
Kemudian mereka merayap dan menyelinap di dalam got yang tidak dipagar. “Kita tidak menduga got yang sekecil itu bisa dilewati mereka. Tapi sekarang got tersebut sudah kita cor dan kita tanam besi sehingga tidak bisa dilewati lagi,” tambah Marten.
Setelah merayap di dalam got mereka diduga berlarian menuju tembok dekat lapangan basket. Untuk memanjat tembok setinggi 4 meter mereka membuka celana panjang dan menyangkutkannya di atas tembok berkawat untuk memudahkan mereka memanjat.
“Pelarian mereka diketahui ketika pergantian shift petugas pada Minggu pagi. Setelah dihitung jumlah mereka berkurang 2 orang. “Mengetahui hal itu, kita langsung melihat rekaman CCTV dan dari rekaman CCTV itu kita melihat bagaimana caranya mereka kabur,” ulasnya.
Ia menambahkan, dua napi yang kabur itu bernama Arif Junaidi (22) dengan masa hukuman 7 tahun dan Roy Anggara (34) dengan masa penahanan 5 tahun. Keduanya terjerat kasus narkoba.
Menurut Marten, Roy Anggara merupakan residivis yang telah mengetahui kondisi Lapas. “Roy Anggara sudah pernah masuk Lapas ini, sehingga dia mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melarikan diri,” terang Marten.
#Ryan