PADANG(RS) – Pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat tuntas, penggunaan lantai satu masjid untuk umum resmi dibuka hari ini, Jumat (4/1). Dengan tuntasnya pembangunan ini, ke depan tidak ada lagi dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dialokasian untuk masjid.
“Jika ditotal, sudah menghabiskan Rp500 miliar lebih, termasuk dana bantuan dari DKI, Papua dan bantuan tidak mengikat lainnya,”sebut Kepala Bidang Bina Mental, Biro Bina Mental dan Kesra Setdaprov Sumbar, Karimis.
Dikatakannya, terakhir Pemprov Sumbar mengalokasikan Rp12 miliar untuk perbaikan interior masjid lantai satu. Untuk melaksanakan pekerjaan itu, sejak April 2018 aktifitas masjid seperti shalat harus dilakukan di lantai satu.
“Dengan berakhirnya pekerjaan tersebut, semua pengerjaan Masjid Raya Sumbar dinyatakan selesai,” sebutnya.
Diakuinya, perjalanan pembangunan majid dengan desain termegah di Asia Tenggara tersebut berlangsung lama. Dimulai dari Gebernur Gamawan Fauzi, kemudian baru selesai pada periode kedua Gubernur Irwan Prayitno.
“Ada banyak yang terlibat dalam pembangunan masjid ini, kita ucapkan terimakasih untuk itu,”ujarnya.
Meski begitu, ke depan Masjid ini akan membutuhkan biaya yang besar untuk perawatan dan operasional. Baik mekanikal, perawatan kontruksi dan petugas membutuhkan dana Rp4,2 miliar per tahun, atau rata-rata Rp350 juta/hari.
Untuk itu ke depan, pengelolaan masjid tersebut membutuhkan badan tersendiri. Sehingga pengelolaannya mandiri.
“Ini angka yang cukup besar, sementara kita tidak bisa mengalokasikan anggaran dari APBD jika status dalam kondisi pengerjaan (DKP) sudah dicabut,”katanya.
Penggunaan pertama pasca pengerjaan interior selesai dibangun, tersebut ditandai dengan pelaksanaan Shalat Jumat (4/1). “Khatibnya langsung Pak gubernur.
“Jika ditotal, sudah menghabiskan Rp500 miliar lebih, termasuk dana bantuan dari DKI, Papua dan bantuan tidak mengikat lainnya,”sebut Kepala Bidang Bina Mental, Biro Bina Mental dan Kesra Setdaprov Sumbar, Karimis.
Dikatakannya, terakhir Pemprov Sumbar mengalokasikan Rp12 miliar untuk perbaikan interior masjid lantai satu. Untuk melaksanakan pekerjaan itu, sejak April 2018 aktifitas masjid seperti shalat harus dilakukan di lantai satu.
“Dengan berakhirnya pekerjaan tersebut, semua pengerjaan Masjid Raya Sumbar dinyatakan selesai,” sebutnya.
Diakuinya, perjalanan pembangunan majid dengan desain termegah di Asia Tenggara tersebut berlangsung lama. Dimulai dari Gebernur Gamawan Fauzi, kemudian baru selesai pada periode kedua Gubernur Irwan Prayitno.
“Ada banyak yang terlibat dalam pembangunan masjid ini, kita ucapkan terimakasih untuk itu,”ujarnya.
Meski begitu, ke depan Masjid ini akan membutuhkan biaya yang besar untuk perawatan dan operasional. Baik mekanikal, perawatan kontruksi dan petugas membutuhkan dana Rp4,2 miliar per tahun, atau rata-rata Rp350 juta/hari.
Untuk itu ke depan, pengelolaan masjid tersebut membutuhkan badan tersendiri. Sehingga pengelolaannya mandiri.
“Ini angka yang cukup besar, sementara kita tidak bisa mengalokasikan anggaran dari APBD jika status dalam kondisi pengerjaan (DKP) sudah dicabut,”katanya.
Penggunaan pertama pasca pengerjaan interior selesai dibangun, tersebut ditandai dengan pelaksanaan Shalat Jumat (4/1). “Khatibnya langsung Pak gubernur.
#Ryan