SARILAMAK (RangkiangNagari) – Nagari Gelugur, atau Galugua dalam pengucapan sehari-hari masyarakatnya, adalah sebuah Nagari di Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Nagari ini, boleh dikatakan Nagari paling ujung di Kabupaten ini. Sebuah nagari yang sungguh menggugah perasaan, juga nyali. Karena untuk sampai kesana, bukanlah hal yang mudah dan akan menyisakan banyak cerita.
Gelugur tak bisa dicapai dengan kendaraan sembarangan. Dipastikan tidak akan bisa didatangi dengan kendaraan mewah keluaran terbaru, full AC, bisa tidur-tiduran enak di atas mobil, sambil nyetel musik lembut. Kesampingkan itu!
Nagari kecil ini hanya bisa ditempuh dengan kendaraan khusus, kuat, dan bisa membelah beratnya medan dalam kondisi apapun. Jarak yang tak seberapa jauh itu, harus ditempuh dalam hitungan jam.
Hal inilah yang dirasakan Nilmaizar, seorang Calon legislatif DPR-RI dari Partai NasDem. Sebuah perjalanan sejarah dilakukannya, sebagai Caleg pusat pertama yang berkunjung ke
Nagari Gelugur, setelah berbilang belasan, bahkan berpuluh tahun.
Berkendaraan dari Pangkalan Kotobaru ke Muara Paiti ibu kecamatan Kapur IX (34 km) terus ke Kotobangun dan Durian Tinggi (9 km), dan Sialang (3 km) perjalanan terbilang sangat nyaman, karena jalan yang sudah mulus.
Namun dari ujung Nagari Sialang, perjalanan adu nyali itupun dimulai untuk sampai ke Gelugur. Melintasi daerah berbukit- bukit sejauh 24 km perlu ekstra hati-hati. Bukan hanya
tanjakan dan turunannya tajam yang membuat gamang tapi kondisi jalannya pun amat parah.
Di beberapa tempat jalan terbelah-belah saluran air hujan karena salurannya sendiri sudah lama buta. Meski hampir semua jembatan sudah terbuat dari rangka baja namun di beberapa titik cuma menyisakan bekas pengerasan dan coran beton awal pertama jalan ini dibuka sekitar 1998 silam.
Sebuah perjalanan yang memacu adrenaline, tapi sekaligus mengusik keprihatinan seorang Nilmaizar. Putra Luhak 50 yang sedang mewakafkan dirinya untuk kampung halamannya itu. Di beberapa titik dia tak segan-segan menembus beratnya medan dengan mengendarai motor trabas.
Untuk apa bersusah payah ke sana? Intinya, Nilmaizar datang karena memenuhi permintaan masyarakat setempat. Ketika Celeg-caleg lain ogah memasukan Gelugur ke dalam agendanya untuk mendulang suara, Nil justru antusias.
Nil bukan caleg manja, karena dia adalah petarung sejati, yang tak akan runtuhnya oleh beratnya sebuah medan. Karena dia memang sudah teruji di dunianya sebagai pelatih
sepakbola. Sudah terbiasa bersimbah berkeringat, jatuh bangun, dan sudah terbiasa berhujan berpanas di lapangan hijau.
Sejatinya, bagi Nil perjalanan ke Gelugur bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti atau dihindari, betapapun beratnya medan perjalanan kesana. “Masyarakat menunggu saya disana, saya akan datang.”ucapnya.
“Saya akan bertemu dengan sosok-sosok petarung, pekerja keras, dan orang-orang yang berjuang untuk keluarga mereka. Menghabiskan waktu dan menguras tenaga merambah hutan membuka ladang gambir, kebun karet, kakao dan sawit.”
Nil adalah orang yang punya komitmen tinggi, dalam bersikap dan berkata-kata. Terlepas dari proses Caleg yang sedang dilaluinya, perjalanan ke Gelugur memang sudah direncanakan
jauh-jauh hari.
Mencari suara sudah pasti, karena juga munafik kalau dikatakan kedatangan ke nagari bersahaja itu tidak mengharapkan suara.
Bagaimanapun, untuk bisa terpilih sebagai seorang legislatif, adalah mendapatkan suara dan kepercayaan masyarakat sebanyak-banyaknya. Kalau perlu ke ujung negeri, suara itu akan dikejar.
Namun, Gelugur adalah sebuah realitas. Kondisi masyarakat dari segi kehidupan sosial, ekonomi, juga pemerintahan masih dihadapkan pada kondisi yang belum ideal. Sektor kehidupan masyakarat masih banyak butuh perhatian, diperbaiki, ditingkatkan dalam bentuk sarana dan prasarana yang lebih baik.
Kini Nil datang kesana, dan melihat langsung Gelugur seperti apa. Tidak ada yang lebih berkesan, setelah melewati perjalanan berat bertemu dengan masyarakat-masyarakat yang
mendamabakan kedatangannya. Senyum warga menyambut, membuat rasa letih dan tegang jadi hilang. Pastinya, sebuah PR dan ide besar sudah terpatri di kepala dan hatinya.
“Galugua ada di hati Saya.”ucapnya.. ketika hendak meninggalkan Nagari bersahaja itu.
Nagari ini, boleh dikatakan Nagari paling ujung di Kabupaten ini. Sebuah nagari yang sungguh menggugah perasaan, juga nyali. Karena untuk sampai kesana, bukanlah hal yang mudah dan akan menyisakan banyak cerita.
Gelugur tak bisa dicapai dengan kendaraan sembarangan. Dipastikan tidak akan bisa didatangi dengan kendaraan mewah keluaran terbaru, full AC, bisa tidur-tiduran enak di atas mobil, sambil nyetel musik lembut. Kesampingkan itu!
Nagari kecil ini hanya bisa ditempuh dengan kendaraan khusus, kuat, dan bisa membelah beratnya medan dalam kondisi apapun. Jarak yang tak seberapa jauh itu, harus ditempuh dalam hitungan jam.
Hal inilah yang dirasakan Nilmaizar, seorang Calon legislatif DPR-RI dari Partai NasDem. Sebuah perjalanan sejarah dilakukannya, sebagai Caleg pusat pertama yang berkunjung ke
Nagari Gelugur, setelah berbilang belasan, bahkan berpuluh tahun.
Berkendaraan dari Pangkalan Kotobaru ke Muara Paiti ibu kecamatan Kapur IX (34 km) terus ke Kotobangun dan Durian Tinggi (9 km), dan Sialang (3 km) perjalanan terbilang sangat nyaman, karena jalan yang sudah mulus.
Namun dari ujung Nagari Sialang, perjalanan adu nyali itupun dimulai untuk sampai ke Gelugur. Melintasi daerah berbukit- bukit sejauh 24 km perlu ekstra hati-hati. Bukan hanya
tanjakan dan turunannya tajam yang membuat gamang tapi kondisi jalannya pun amat parah.
Di beberapa tempat jalan terbelah-belah saluran air hujan karena salurannya sendiri sudah lama buta. Meski hampir semua jembatan sudah terbuat dari rangka baja namun di beberapa titik cuma menyisakan bekas pengerasan dan coran beton awal pertama jalan ini dibuka sekitar 1998 silam.
Sebuah perjalanan yang memacu adrenaline, tapi sekaligus mengusik keprihatinan seorang Nilmaizar. Putra Luhak 50 yang sedang mewakafkan dirinya untuk kampung halamannya itu. Di beberapa titik dia tak segan-segan menembus beratnya medan dengan mengendarai motor trabas.
Untuk apa bersusah payah ke sana? Intinya, Nilmaizar datang karena memenuhi permintaan masyarakat setempat. Ketika Celeg-caleg lain ogah memasukan Gelugur ke dalam agendanya untuk mendulang suara, Nil justru antusias.
Nil bukan caleg manja, karena dia adalah petarung sejati, yang tak akan runtuhnya oleh beratnya sebuah medan. Karena dia memang sudah teruji di dunianya sebagai pelatih
sepakbola. Sudah terbiasa bersimbah berkeringat, jatuh bangun, dan sudah terbiasa berhujan berpanas di lapangan hijau.
Sejatinya, bagi Nil perjalanan ke Gelugur bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti atau dihindari, betapapun beratnya medan perjalanan kesana. “Masyarakat menunggu saya disana, saya akan datang.”ucapnya.
“Saya akan bertemu dengan sosok-sosok petarung, pekerja keras, dan orang-orang yang berjuang untuk keluarga mereka. Menghabiskan waktu dan menguras tenaga merambah hutan membuka ladang gambir, kebun karet, kakao dan sawit.”
Nil adalah orang yang punya komitmen tinggi, dalam bersikap dan berkata-kata. Terlepas dari proses Caleg yang sedang dilaluinya, perjalanan ke Gelugur memang sudah direncanakan
jauh-jauh hari.
Mencari suara sudah pasti, karena juga munafik kalau dikatakan kedatangan ke nagari bersahaja itu tidak mengharapkan suara.
Bagaimanapun, untuk bisa terpilih sebagai seorang legislatif, adalah mendapatkan suara dan kepercayaan masyarakat sebanyak-banyaknya. Kalau perlu ke ujung negeri, suara itu akan dikejar.
Namun, Gelugur adalah sebuah realitas. Kondisi masyarakat dari segi kehidupan sosial, ekonomi, juga pemerintahan masih dihadapkan pada kondisi yang belum ideal. Sektor kehidupan masyakarat masih banyak butuh perhatian, diperbaiki, ditingkatkan dalam bentuk sarana dan prasarana yang lebih baik.
Kini Nil datang kesana, dan melihat langsung Gelugur seperti apa. Tidak ada yang lebih berkesan, setelah melewati perjalanan berat bertemu dengan masyarakat-masyarakat yang
mendamabakan kedatangannya. Senyum warga menyambut, membuat rasa letih dan tegang jadi hilang. Pastinya, sebuah PR dan ide besar sudah terpatri di kepala dan hatinya.
“Galugua ada di hati Saya.”ucapnya.. ketika hendak meninggalkan Nagari bersahaja itu.
#Ryan