Mencigap Religiusitas di Tengah Nuansa Modernitas Payakumbuh

PAYAKUMBUH (RangkiangNagari) - DI tengah balutan modernitas yang secara perlahan tapi pasti terus menyungkup Kota Payakumbuh, nuansa religi bukannya terdesak atau kehilangan tempat, malah terasa kian mengental. Lihatlah di Ramadhan 1440 Hijriyah/2019 Masehi ini, suasana Payakumbuh sebagai kota yang Islami benar-benar terasa. Mulai sejak awal puasa Ramadhan, bahkan menjelang Ramadhan 1440 Hijriyah akan berakhir, denyut kegiatan sebagian besar warga kota nyaris tidak terlepas dari sejumlah tuntunan yang diajarkan oleh agama Islam. Umat muslim di Kota Rendang ini sepertinya memahami bahwa Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Denyut kegiatan keagamaan bukan hanya “bergetar” dari masjid atau tempat-tempat peribadatan umat Islam lainnya. Sekolah-sekolah yang sejatinya sebagai pusat peradaban juga seakan tidak mau ketinggalan: memanfaatkan momentum Ramadhan dengan menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang bernuansa Islami, dengan melibatkan sebanyak mungkin siswa –yang menganut agama Islam, tentunya.
Kebanyakan kegiatan yang dilakukan di rumah-rumah peribadatan umat Islam dan di sekolah-sekolah di kota ini adalah menyelenggarakan hafalan Al-Qur’an, tadarus, itikaf, dan sejenisnya. Kegiatan semacam ini mencapai puncaknya pada malam hari usai shalat tarwih, yang berlanjut sampai datangnya waktu shalat Subuh. Bahkan di beberapa tempat bersambung lagi sampai siang hari.

Kalau pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya kegiatan semacam ini tampak menonjol di sejumlah masjid besar di Payakumbuh, tahun ini menjalar ke masjid-masjid yang tergolong kecil di hampir semua kelurahan. Sebutlah Masjid Mukhlisin di Nunang Daya Bangun atau Masjid Muslimin di Kelurahan Labuh Baru, yang pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya tergolong rutin menggelar aneka kegiatan menyemarakkan bulan Ramadhan.

Realitas yang ada tahun ini mengundang decak kagum: hampir semua masjid atau mushala di Payakumbuh “ketularan” dengan yang dilakukan masjid-masjid besar itu. Lihatlah di Komplek Perumahan Bonai Indah di Kelurahan Koto Tangah, Kecamatan Payakumbuh Barat, sebagai sebuah contoh kasus, sebagian besar penghuni di sana seakan tidak mau melewatkan momentum Ramadhan yang sangat berharga ini.

Kalau pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, mushala yang ada di komplek ini seakan “terjebak rutinitas,” tahun ini warga di sana mulai mendobrak tradisi. Maksud “terjebak rutinitas,” yaitu kegiatan di mushala hanya berdenyut pada pelaksanaan ibadah-ibadah tertentu saja, setelah itu mushala kembali sepi dari kegiatan. Usai shalat tarwih, misalnya, praktis di mushala tidak adalagi kegiatan.

Fakta yang terlihat pada Ramadhan tahun ini sungguh sangat berbeda. Usai shalat tarwih, dan sejumlah jemaah sudah pulang kembali ke rumah masing-masing, sejumlah jemaah lainnya masih bertahan di masjid. Mereka terlibat dalam aneka kegiatan yang sarat muatan amaliyah, baik tadarus, hafalan Al-Qur’an, itikaf, dan sejenisnya. Mereka berasal dari berbagai tingkatan usia dengan latar belakang sosial yang berbeda-beda pula.

Sebagian mereka bertahan dengan aneka kegiatan itu sampai datangnya waktu shalat Subuh. Oleh karena satu atau sejumlah urusan, mereka terpaksa meninggalkan mushala. Tidak sedikit pula di antaranya yang bertahan sampai siang. Lantunan ayat-ayat suci dan kalimat-kalimat yang menganggungkan asma Allah, terdengar sangat jelas dari mushala yang dibangun secara swadaya itu.

Kepala Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Kota Payakumbuh Jhon Kenedi S.Sos. memastikan, kemenonjolan kegiatan keagamaan di Payakumbuh pada Ramadhan tahun ini tidak hanya terjadi di Komplek Perumahan Bonai Indah, tapi menjalar hampir ke semua kelurahan di kota ini. “Pantas diapresiasi, karena dilakukan atas kesadaran, bukan oleh sebab-sebab lain,” ujar JK, panggilan akrabnya.

Menurut JK, fakta yang terlihat di Payakumbuh, terkhusus selama Ramadhan tahun ini, makin memperkuat kesan bahwa Payakumbuh sebagai sebuah kota otonom dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. JK juga tidak menampik bahwa Pemerintah Kota Payakumbuh memberi ruang yang seluas-luasnya untuk semakin syiarnya agama Islam di tengah masyarakat.

Hari-hari Tanpa “Ledakan”
Kondusifitas Payakumbuh di Ramadhan tahun ini semakin menonjol dengan adanya fakta baru: hari-hari yang dilalui tanpa “ledakan”. Menurut JK, pada Ramadhan tahun ini dipastikan di Payakumbuh tidak terjadi “ledakan”, baik yang bersumber dari mercon atau badiah-badiah batuang. “Kita pantas memberi apresiasi terhadap aparat Satpol PP Payakumbuh yang mampu menihilkan penggunaan mercon dan badiah-badiah batuang selama Ramadhan tahun ini,” kata JK. Selain memberi kenyamanan dan ketenteraman bagi warga kota, menurut JK, ketiadaan penggunaan mercon dan badiah-badiah batuang juga menjanjikan suasana yang aman dan tenang bagi umat Islam untuk beribadah di bulan Ramadhan.

Dikatakan JK, keberhasilan Satpol PP dalam menjaga ketenangan tidak hanya sampai di sana. “Kita mencatat, selama Ramadhan yang akan segera berakhir itu, hampir tidak ada gangguan yang berarti terhadap keamanan dan ketertiban warga kota,” imbuh mantan wartawan Harian Singgalang itu. “Sejauh ini Payakumbuh terhindar dari aneka perbuatan yang memungkinkan wajah kota akan tercoreng.” Justru yang mengemuka, imbuh JK, perekonomian warga kota yang bergerak dengan sangat dinamis. Ia menunjuk contoh pasa pabukoan, yang tumbuh dan berkembang sampai ke kawasan-kawasan terpinggir di kota ini. Kalau pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya pasa pabukoan hanya beroperasi di sejumlah titik saja, terutama di kawasan pusat kota, belakangan tumbuh menjamur di berbagai tempat. Neni, 37, seorang pedagang pabukuon di kawasan Labuh Silang, mengaku sangat terbantu dengan kegiatannya berdagang pabukoan. Dijelaskan, karena suaminya pedagang es keliling, yang praktis tidak bisa berdagang es selama bulan puasa, maka kendali ekonomi keluarga ia ambil alih dengan berjualan barang pabukoan. “Lumayan, labiah dari cukuik untuk manutupi kebutuhan kaluarga,” katanya, saat ditanya tentang hasil usahanya.
 Perekonomian warga Payakumbuh bertambah menggeliat karena para perantau sudah banyak yang mudik. Selain memberi imbas bagi perekonomian masyarakat, menurut JK, kehadiran para perantau juga membuat sejumlah objek wisata di kota ini dan daerah tetangga menjadi ramai. JK menyebut Ngalau Indah dan Panorama Ampangan di Payakumbuh, serta Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh Kota, yang menjadi sasaran kunjungan para perantau itu. Memberi Dampak Positif------anak judul Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi menilai, kemenonjolan praktek-praktek beragama yang ditunjukkan masyarakat Payakumbuh, terkhusus selama Ramadhan tahun ini, menunjukkan bahwa kemajuan zaman tidak lantas membuat masyarakat kota ini terjauh dari nilai-nilai luhur yang diwarisi secara turun-temurun.
“Yang terlihat malah sebaliknya. Di saat iptek terus berkembang dengan sangat pesat, pada saat bersamaan nilai-nilai religi yang dianut oleh masyarakat makin diperkuat,” katanya. Dengan bahasa lain, dijelaskan Wako Riza, zaman boleh terus berubah karena itu sebuah keniscayaan, “Tapi masyarakat di sini mengimbanginya dengan memperkuat keyakinan terhadap nilai-nilai yang mereka yakini benar,” tandasnya. Pemko Payakumbuh, menurut Wako Riza, akan memberi ruang yang seluas-luasnya bagi semakin syiarnya agama Islam di tengah masyarakat. “Karena visi kita di pemko tidak hanya membangun fisik semata,” ia mengingatkan. Pembangunan mental-spiritual, termasuk pembangunan di bidang keagamaan, menurut mantan anggota DPD RI itu, juga tidak kalah pentingnya. Wako Riza juga mengucapkan selamat datang ke para perantau Payakumbuh, yang mulai
meramaikan kota ini. Dikatakan, dengan hadirnya perantau di kampung halaman, tentu akan melihat langsung sejumlah perkembangan yang telah terjadi di kota ini di berbagai bidang pembangunan. Wako Riza mengklaim telah terjadi sejumlah kemajuan yang signifikan di sejumlah sektor.
“Kita berharap para perantau memberi saran dan kritikan yang konstruktif,” pintanya. Diakui Wako Riza, di tengah berbagai kemajuan yang terjadi, diyakini masih ada sejumlah hal yang belum mendapat perhatian dan penanganan sebagaimana yang diharapkan. “Dalam konteks ini, kita berharap para perantau memberi kontribusi pemikiran dengan tujuan untuk Payakumbuh yang semakin baik ke depan,” tansanya.

#Ryan #E2
Labels: , ,
[blogger]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.