JAKARTA (RangkiangNagari) – Pemerintah prihatin melihat kondisi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penambangan emas liar dengan menggunakan merkuri yang berdampak langsung kepada kesehatan dan lingkungan. Ini terungkap dari kunjungan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Kabupaten Dhamasraya dan Sijunjung beberapa waktu lalu.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit seusai Rapat Koordinasi Kerusakan Ekosistem akibat Penambangan di Sungai Batanghari bersama Kepala BNPB bersama jajaran di Jakarta, Selasa, (12/11).
Ikut hadir dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jambi beserta Bupati yang daerahnya dilewati oleh Sungai Batang hari.
Nasrul Abit mengatakan kerusakan lingkungan akibat penambangan liar dan penggunaan merkuri yang merusak lingkungan dan berdampak pada kesehatan pada masyarakat bukan hanya pada air tanah namun hingga ke sayur sayuran serta buah buahan yang terpapar oleh merkuri yang sangat berbahaya sekali, apabila msuk kedalam tubuh akan mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh kita.
Batanghari yang sejuk dan jernih seperti sepuluh tahun silam bukan tidak mungkin bakal kembali hadir di Dharmasraya dan delapan kabupaten dan kota yang dilintasinya. Pasalnya, pemerintahan pusat, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) merespon upaya Bupati Dharmasraya yang tengah giat mencari solusi kerusakan sungai terbesar di Kabupaten Dharmasraya dan meilntasi delapan kabupaten dan kota di Sumatera.
Saat ini Bupati Dhamasraya ingin memulihkan kembali aliran sungai Batanghari menjadi jernih, sejuk dan indah. Hal ini karena catatan sejarah sungai yang berhulu di Danau Diatas dan Danau Dibawah itu sejak abad 12 yang lalu, telah menjadi saksi sejarah emas Dharmasraya, yang kala itu menjadi ibukota Kerajaan Malayu Pura.
Wagub juga terangkan, kini sejak dasawarsa belakangan, sungai Batanghari justru menjadi ancaman kehidupan bagi rakyat Dharmasraya. Pasalnya menurut hasil penelitian para ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan hasil pengamanatan petugas teknis lingkungan hidup, sungai Batanghari mengandung cemaran logam berbahaya, yaitu air raksa atawa mercury atawa hygragyrum (Hg).
Akibatnya, Batanghari menjadi berbahaya bagi anak anak dan manusia, karena bisa menjadi sumber malapetaka bagi kehidupannya. Batanghari tidak bisa lagi dijadikan sumber protein ikan, lantaran ikan yang ada di Sungai Batanghari mengandung air raksa. Jika ikan dikonsumsi manusia, maka residu air raksa pada ikan akan berpindah ke manusia.
Terkait kerusakan sungai Batanghari yang kian parah, Wagub Nasrul Abit sampaikan karena itu Bupati Sutan Riska telah mengundang dua jenderal Presiden Jokowi, yaitu Jenderal TNI (Purn) Moeldoko (Kepala Staf Kepresidenan) dan Letjen TNI Doni Monardo (Kepala BNPB) untuk menyaksikan langsung kondisi terakhir DAS Batanghari.
“Saat ini Pemerintah Kabupaten Dhamsraya tengah berusaha membangun kembali lingkungan hidup di aliran sungai Batanghari agar dapat kembali pulih. Dan kedepan apapun kondisi akan melakukan tindak tegas bersama aparat hukum dan keamanan nantinya sesuai aturan perundangan yang berlaku,” pungkas Nasrul.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit seusai Rapat Koordinasi Kerusakan Ekosistem akibat Penambangan di Sungai Batanghari bersama Kepala BNPB bersama jajaran di Jakarta, Selasa, (12/11).
Ikut hadir dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jambi beserta Bupati yang daerahnya dilewati oleh Sungai Batang hari.
Nasrul Abit mengatakan kerusakan lingkungan akibat penambangan liar dan penggunaan merkuri yang merusak lingkungan dan berdampak pada kesehatan pada masyarakat bukan hanya pada air tanah namun hingga ke sayur sayuran serta buah buahan yang terpapar oleh merkuri yang sangat berbahaya sekali, apabila msuk kedalam tubuh akan mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh kita.
Batanghari yang sejuk dan jernih seperti sepuluh tahun silam bukan tidak mungkin bakal kembali hadir di Dharmasraya dan delapan kabupaten dan kota yang dilintasinya. Pasalnya, pemerintahan pusat, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) merespon upaya Bupati Dharmasraya yang tengah giat mencari solusi kerusakan sungai terbesar di Kabupaten Dharmasraya dan meilntasi delapan kabupaten dan kota di Sumatera.
Saat ini Bupati Dhamasraya ingin memulihkan kembali aliran sungai Batanghari menjadi jernih, sejuk dan indah. Hal ini karena catatan sejarah sungai yang berhulu di Danau Diatas dan Danau Dibawah itu sejak abad 12 yang lalu, telah menjadi saksi sejarah emas Dharmasraya, yang kala itu menjadi ibukota Kerajaan Malayu Pura.
Wagub juga terangkan, kini sejak dasawarsa belakangan, sungai Batanghari justru menjadi ancaman kehidupan bagi rakyat Dharmasraya. Pasalnya menurut hasil penelitian para ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan hasil pengamanatan petugas teknis lingkungan hidup, sungai Batanghari mengandung cemaran logam berbahaya, yaitu air raksa atawa mercury atawa hygragyrum (Hg).
Akibatnya, Batanghari menjadi berbahaya bagi anak anak dan manusia, karena bisa menjadi sumber malapetaka bagi kehidupannya. Batanghari tidak bisa lagi dijadikan sumber protein ikan, lantaran ikan yang ada di Sungai Batanghari mengandung air raksa. Jika ikan dikonsumsi manusia, maka residu air raksa pada ikan akan berpindah ke manusia.
Terkait kerusakan sungai Batanghari yang kian parah, Wagub Nasrul Abit sampaikan karena itu Bupati Sutan Riska telah mengundang dua jenderal Presiden Jokowi, yaitu Jenderal TNI (Purn) Moeldoko (Kepala Staf Kepresidenan) dan Letjen TNI Doni Monardo (Kepala BNPB) untuk menyaksikan langsung kondisi terakhir DAS Batanghari.
“Saat ini Pemerintah Kabupaten Dhamsraya tengah berusaha membangun kembali lingkungan hidup di aliran sungai Batanghari agar dapat kembali pulih. Dan kedepan apapun kondisi akan melakukan tindak tegas bersama aparat hukum dan keamanan nantinya sesuai aturan perundangan yang berlaku,” pungkas Nasrul.
#Ryan