Oleh: Lailatun Najmi
Dosen Dept. Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Unand
Padang (Rangkiangnagari) - Penelitian terbaru dari tim peneliti Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Kota Padang, Sumatera Barat, telah mengungkapkan temuan menariknya terkait penemuan penyakit baru pada tanaman timun di Kota Padang. Tim peneliti, yang terdiri dari Muhammad Arif Ridho, Fadli, Martinius, Yenny Liswarni, Lailatun Najmi, dan Jumsu Trisno, telah berhasil mendeteksi infeksi virus yang belum pernah tercatat sebelumnya pada varietas timun lokal Kota Padang.
Tanaman timun varietas lokal Kota Padang, yang sebelumnya diakui sebagai tanaman unggulan dengan waktu panen cepat oleh petani perkotaan, tiba-tiba menjadi fokus perhatian setelah tim peneliti melakukan survei lapangan. Selama survei tersebut, tim mengamati gejala yang mencolok pada tanaman timun, yakni adanya bercak kuning dan klorosis pada daunnya. Bercak kuning ini tidak hanya mengurangi nilai estetika tanaman, tetapi juga dapat menandakan adanya infeksi penyakit tanaman yang serius.
Gejala yang diidentifikasi selama survei lapangan di Kecamatan Kuranji dan Pauh ini menarik perhatian tim peneliti karena kemiripannya dengan dua jenis infeksi virus yang umumnya mengancam tanaman timun. Pertama, gejala ini mirip dengan infeksi Papaya ring spot virus (PRSV) yang sering dijumpai pada tanaman timun di Pulau Jawa. Infeksi PRSV dapat menyebabkan kerugian yang besar pada tanaman dan menghambat pertumbuhan yang sehat.
Selain itu, gejala tersebut juga menyerupai infeksi yang disebabkan oleh ZYMV. ZYMV umumnya menyerang tanaman dari kelompok labu-labuan dan dapat menyebabkan penurunan produksi buah dan menghambat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Kedua virus ini telah menjadi perhatian serius bagi petani di berbagai wilayah. Identifikasi awal gejala sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif.
Dalam upaya untuk mengungkap penyebab gejala yang diamati, tim peneliti melakukan serangkaian uji dan analisis laboratorium, termasuk penggunaan teknologi reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun primer spesifik PRSV tidak menghasilkan amplifikasi DNA yang diharapkan, primer universal Potyvirus justru berhasil menghasilkan fragmen DNA sekitar 320 bp. Analisis sekuens nukleotida kemudian mengonfirmasi bahwa virus yang menyebabkan infeksi tersebut adalah ZYMV.
Menurut Laila, temuan ini bukan hanya merupakan pencapaian ilmiah yang signifikan, tetapi juga membuka pintu untuk solusi praktis yang dapat diterapkan oleh petani setempat. Pengetahuan tentang keberadaan ZYMV pada tanaman timun varietas lokal Kota Padang memberikan dasar bagi pengembangan strategi perlindungan tanaman yang lebih efektif.
“Kami berharap dengan penemuanpenyakit ZYMVini pada tanaman timun, petani dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, termasuk pemilihan varietas tanaman timun yang lebih tahan terhadap ZYMV” ungkap Laila.
Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang masalah yang dihadapi petani, tetapi juga memberikan harapan baru untuk pertanian lokal. Langkah-langkah selanjutnya yang diambil oleh petani dan pemangku kepentingan lokal dapat membantu memitigasi dampak dari infeksi virus ini dan memastikan keberlanjutan produksi tanaman timun bagi masyarakat Sumatera Barat.(Ayu)