TANAH DATAR (RangkiangNagari) - Ahad (2/2/2025) pagi meriah. Marapi sebagian ditutupi awan. Awan itu, seperti warna kopi susu dan hitam tersebar tipis memayugi Gurun dari sengatan matahari. Sawah baru ditanam, mungkin akan panen dua bulan lagi.
“Manga urang tu?”Seorang bapak, mungkin dari Ampalu, lewat dengan motornya.
“Ma anta kamanakan baraja silek.”
“Ondeh, ciinan wak, mode saisuak baliak, yo bitu,” katanya kemudian ia dibawa motornya ke hilir.
Cerita soal anak-anak baraja silek dipestakan dari awal dengan mengantarkan syarat-syarat hal yang sudah lama hilang. Apalagi syarat diantarkan oleh mamaknya. Sebanyak 69 mamak, berpakaian khas Minangkabau, pergi ke halaman rumah gadang untuk mengantarkan kemenakannya baraja silek harimau. Tuan rumah, Febby Dt Bangso, menunggu. Di sebelahnya terlihat Edwel Yusri Dt Rajo Gampo Alam, guru besar Silat Harimau.
Sedari pagi, suasana sudah meriah. Bahkan hari-hari sebelumnya. Pada Ahad itu, calon pesilat datang membawa beras, pisau, kain kafan, siriah langkok. Sedang ayam jantan biriang, limau kuku harimau dan bengo atau rupiah, sudah disediakan tuan rumah, Dt Febby. “Yang akan belajar silat, harus diantar mamaknya,” kata Dt Febby. Dan, mamak itu, memang datang. Sebuah momen, mendekatkan kembali mamak jo kamanakan, sesuai tradisi matriakat.
Rumah Gadang Kapalo Koto, milik Febby, ramai sudah. Rumah itu, mencolok, tinggi gagah. Halamannya luas. Tempat acara ditata sedemikian rupa, karpet dikembangkan. Edwel, guru gadang itu, duduk di sana. Syarat untuk murid Silek Harimau, diserahkan padanya. Tentu saja niniak mamak Gurun melakukan pidato pasambahan pada Edwel.
Anak-anak itu, murid SD dan SMP atau sejenis, adalah generasi Nagari Gurun, yang selama ini, seperti juga anak-anak lain, hanyut dalam sungau gadget. Menurut Dt Febby, anak-anak mesti disibukan kembali dengan tradisi silek. “Harus langsung ke aksi, tidak bisa protes-protes saja,” katanya.
Ia sudah merancang acara itu beberapa bulan belakangan, ia menghidupkan kegiatan seni tradisi Minangkabau, sebagai upaya menjaga pilar budaya dan tradisi Minangkabau, apalagi nagarinya berada di jantung Tanah Datar. “Jan lalok juo lai,” kata dia pula.
Proses menerima murid silat pun dimulai. Mula-mula mereka diminta menghadap guru bersama mamak, ada juga yang bersama ibundanya. Diserahkan syarat-syaratnya. Kedua belah pihak sama-sama duduk bersimpuh. Setelah semua menyerahkan syarat, proses selanjutnya meminum air putih bersih yang kemudian ditetesi jeruk atau limau kuku harimau. Itu namanya jeruknya. Lalu makan sirih. Agak lain rasanya bagi anak-anak itu mengunyah sirih. Tapi, ternyata mereka bisa.
Beranjak ke lokasi di dekat rangkiang, petugas memotong 69 ekor ayam biriang. Darahnya, mesti kena kaki peserta. Selesai. Belum ternyata, ayam tadi dimasak, lalu beberapa jam kemudian, makan bersama. Bajamba.
“Kenapa diberbuat? Wartawan bertanya pada Dt Febby.
“Untuk menghidupkan kembali tradisi,” kata Datuk. Silek, senantiasa disebut-sebut berkaitan dengan surau. Surau dalam konsep semula, sudah tidak ada. Anak Minang belajar silat, banyak. Bahkan, pesilat tangguh juga sangat banyak. Yang lupa, prosesi, seperti diadakan Dt Febby itu.
“Ini untuk ketahanan budaya. Fondasinya kan di daerah. Jika kuat, maka selanjutnya menyumbangkan kekuatannya pada ketahanan nasional,” kata lulusan Lemhanas ini di Medan Nan Bapaneh, Kapalo Koto, Jorong Gurun, Nagari Gurun Kecamatan Sungai Tarab, terpaut sejengkal dari pusat kota Batusangkar.
Silek Harimau adalah salah satu jenis silat Minangkabau. Beberapa nama silat lainnya, Silek Pangka Tuo, Silek Tuo, Kumango, Kuciang, Kambiang Hutan, Gajah Badorong, Balam, Buayo, Sikoka. Kemudian silek Anjiang Mualim, Alang Bangkeh, Singo, Kinantan, Kampuang, Rumah Gadang, Ulu Ambek, Lintau, Sungai Patai, Balubui, Taralak, Sitaralak, Buah Tarok. Lanjut, Silek Kinari, Pukulan 10, Pangian, Pakiah Rabun, Sunua, Simpie, Luncua, Cakak, Galuik, Bayang, Sewai. Masih ada, Silek Gunuang, Durian, Gayuang, Natar dan Silek Sabondo serta Silek Pauh. Masih ada lagi, tapi, terlalu banyak nama.
Tiap silek itu ada guru gadangnya. Tapi, ada yang sudah tiada dan sileknya tidak diajarkan lagi. Daftar yang ada di atas berjumlah 40 jenis silek saja. Penamaannya jika tidak nama binatang, maka nama tempat, atau perbuatan. Seperti Silek Galuik dan Cakak.
Sementara itu di Gurun diajarkan Silek Harimau, yang memang paling terkenal. Gurunya Edwel Yusri Dt Rajo Gampo Alam. Tokoh ini lahir 1963 di Bukittinggi. Tentus aja Edwel belajar Silek Harimau di kampungnya, Balingka, yaitu dari kakeknya bernama Inyiak Angguik. Ia berdomisili di Jakarta. Salah seorang kawannya, Dr Edwin Hidayat Abdullah, pria Rao Rao itu, menguasai Silek Kumango, bahkan jadi guru gadangnya.
Dalam acara yang dihelat Dt Febby, hadir Bupati Tanah Datar, Eka Putra, wakil ketua LKAAM Tanah Datar, Ketua KAN Gurun, Plt Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Kadis PMD dan Forkompim Kecamatan Sungai Tarab. Ramai oleh anak nagari. Avara pun selesai dan hari-hari mendatang, saatnya silek diajarkan.
#Rn